expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Rabu, 04 Desember 2013

Sepuluh Tahap Wawancara
           

            Prinsip dasar dan prinsip praktis sebuah wawancara memang ditujukan untuk mempersiapkan sebuah wawancara yang sesungguhnya. Namun, prinsip-prinsip tersebut tidak “berhenti” ketika sang wartawan sedang atau sudah selesai mewawancarai seorang narasumber. Prinsip-prinsip wawancara hanyalah satu alat untuk memperoleh kebenaran.
            Dalam pelaksanaan wawancara sendiri, sekurang-kurangnya seorang wartawan harus melewati dan menjalani sepuluh tahap atau tingkat, yaitu :
1.      Jelaskan Maksud Wawancara
wawancara tanpa tujuan yang jelas cenderung akan ngalor-ngidul tidak menentu. Tujuannya harus diketahui oleh kedua belah pihak.

2.   Lakukan Riset Latar Belakang
Pelajari kliping berita di perpustakaan tentang orang yang akan diwawancarai atau topik yang akan dibicarakan. Dalam banyak tulisan anda harus menghubungi banyak orang. Anda akan mewawancarai keluarga, teman, kolega atau malah saingan dari orang yang anda wawancarai.

3.   Ajukan, Biasanya Melalui Telepon, Janji untuk Wawancara
Jelaskan tujuannya. Bersiaplah untuk “menjual” gagasan tulisan anda bila orang yang anda ingin anda wawancarai itu tidak antusias.

4.   Rencanakan Strategi Wawancara Anda
Susun pertanyaan menurut rencana yang ingin anda tanyakan. Dengan riset latar belakang seharusnya anda tahu jalan terbaik untuk menuju suatu topik. Jika orang yang anda hadapi itu dikenal sebagai pendiam atau suka mengelak, carilah sedapatnya tentang hobi, opini, minat, dan lainnya sehingga anda bisa bicarakan bersama dengan topik yang anda ingin bahas.

5.   Temui Responden Anda
Ulangi maksud wawancara. Perkenalkan diri dan jual gagasan anda sekali lagi. Gunakan komentar-komentar untuk mencairkan suasana (ice breaker).



6.   Ajukan Pertanyaan Serius Anda yang Pertama
Mulailah dengan topik yang menguatkan ego orang yang diwawancarai. Ciptakan suasana yang serasi dalam konversasi.

7.   Lanjutkan Menuju Inti Wawancara
Dengarkan. Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendalam

8.   Ajukan Pertanyaan-Pertanyaan Keras (yang sensitif dan menyinggung) Bila Perlu
Namun simpanlah pertanyaan-pertanyaan demikian untuk akhir wawancara

9.   Pulihkan Bila Perlu, Dampak dari Pertanyaan-Pertanyaan Itu

10. Akhiri dan Simpulkan Wawancara Anda

            Memang wawancara membutuhkan keberanian tersendiri karena anda bertemu dengan orang-orang yang tidak anda kenal dan berbicara tentang masalah yang sedikit saja anda ketahui. Anda menghadapi risiko disepelekan orang atau dikritik tentang pakaian atau potongan rambut anda. Tetapi tidak mengajukan pertanyaan malah lebih buruk. Anda tidak pernah akan tahu tentang hal-hal yang mungkin akan mengagumkan anda. Kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang menarik pun akan hilang. Akhirnya, dengan banyak bertanya, ada sebuah hadiah menanti anda: anda belajar. Belajar bukan hanya tentang fakta dan opini yang akan anda pakai sebagai bahan tulisan, tetapi juga akan menambah pengetahuan anda.

            “Dia yang bertanya adalah orang bodoh untuk lima menit. Dia yang tidak (bertanya) adalah orang bodoh untuk selamanya,” tulis Ken Mettzler dalam bukunya News Gathering, yang mengutip pepatah China.




Daftar Pustaka

Ishwara, Luwi. JURNALISME DASAR. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara. 2011

0 komentar: